TEKNIK ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Makhyan Jibril A*
* Pendidikan Master Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
ELISA (singkatan bahasa Inggris: Enzyme-linked immunosorbent assay)
atau 'penetapan kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang
umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapakeunggulan seperti teknik pengerjaan
yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang
cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva
Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label) (Lequin, 2005).
1.2. Tujuan
Untuk
mengetahui proses dan teknik pelaksanaan ELISA
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) atau dalam bahasaindonesianya
disebut sebagai uji penentuan kadar imunosorben taut-enzim,merupakan teknik
pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksiantara antibodi
dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang
imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi dalamsuatu sampel
seperti dalam pendeteksian antibodi IgM, IgG, & IgA pada saat terjadi
infeksi (pada tubuh manusia khususnya). Namun seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknik ELISA juga diaplikasikan dalam bentuk lain
termasuk menganalisis kadar hormon yang terdapat dalam suatu organisme.Secara
singkat dapat dikatakan bahwa teknologi ELISA yang digunakanuntuk asai
hormon dalam cairan tubuh adalah system competitive enzymeimmunoassay yang
analog dengan teknik RIA. Antigen yang berlabel dan antigenyang tidak berlabel
saling bersaing untuk berikatan dengan tapak pengikatanantibodi yang terdapat
dalam jumlah terbatas. Saturasi antibodi terjadi secarasimultan bila semua
reaktan diinkubasikan bersama – sama. Contoh reaksi sepertii ni adalah ELISA untuk mengukur progesteron, estradiol, dan kortisol.
Pengukuran hormon kortisol dalam saliva menggunakan teknik ELISA dapat
mengetahui tingkat stres yang di alami oleh organisme (Haussmann et al., 2007).
Teknik ELISA merupakan teknik kuantitatif yang sangat sensitif, penggunaannya
sangat luas, memerlukan peralatan yang sedikit, reagen yangdiperlukan
sudah tersedia dan dijual secara komersial dan sangat mudah didapat. Tes ELISA dapat
digunakan untuk mendeteksi antigen maupun antibody. Pemeriksaan ELISA
dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh manusia maupun
hewan. Terdapat berbagai teknik dalam pemeriksaan ELISA.Tes ini dapat
dilakukan dengan kit yang sudah jadi atau dapat juga dilakukan dengan
menggunakan antigen yang diracik sendiri (Setiawan, 2007).
ELISA tradisional secara khusus memiliki reporter dan
substrat yang menghasilkan beberapa bentuk perubahan warna yang
dapat diamati untuk mengetahui kehadiran antigen atau analyte.
Bentuk teknik ELISA terbaru seperti teknik flurogenic,electro chemiluminescent ,
dan real-time PCR dibuat
untuk mengetahui sinyal kuantitatif. Metode ini dapat memberikan berbagai
keuntungan diantaranya sensitifitas yang tinggi dan bersifat multiplexing (Leng et al , 2008).
3. MATERI DAN METODE
3.1 Bahan
yang Digunakan
Antibody anti-uPar, BSA, PBS, Coating Buffer,
PBS-Tween, Alumunium foil, Anti-Rabbit igG, TMB, H2SO4.
3.2. Metode
a.
Persiapan Bovin Serum Albumin (BSA) 1 % untuk
ELISA
Untuk membuat larutan BSA 1 %
sebanyak 10 mL maka dibutuhkan BSA sebanyak
BSA 1 % = 1 gram x 10 mL
100 mL
= 0,1 gram
BSA sebanyak 0,1 gram dilarutkan
dengan 10 mL larutan PBS
b.
Pembuatan Larutan Phosphate
Buffer Saline (PBS) pH 7,4
Larutan PBS dapat dibuat dari KCl
sebanyak 0,1 gram, KH2PO4 sebanyak 0,1 gram, Na Cl
sebanyak 4 gram, dan Na2HPO4.H2O Sebanyak 1,08
gram. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam 250 mL akuades steril dan
dihomogenkan menggunakan magnetik stirer dalam gelas kimia 500
mL. pH larutan diatur hingga
mencapai 7,4 dengan larutan NaOH 1 M menggunakan pH meter. Kemudian dipindahkan
larutan ke dalam labu ukur 500 mL dan ditambahkan akuades steril hingga tanda
batas.
c.
Pembuatan Larutan PBS-Tween
Larutan PBS pH 7,4 sebanyak 200
mL ditambah 1 tetes Tween dengan menggunakan pipet tetes. Larutan dihomogenkan
menggunakan magnetik stirer.
d.
Pembuatan Larutan Coating Buffer
Ditimbang 0,159 gram Na2CO3,
0,293 gram NaHCO3, dan 0,02 gram NaN3, kemudian dilarutkan dalam aquades
steril. Diatur PH hingga mencapai 9,6 untuk kemudian ditandabataskan dengan
aquades steril dalam labu ukur 100 mL.
e.
Persiapan Blocking Buffer
Untuk membuat larutan ini gunakan
PBS sebanyak 10 mL ditambahhkan dengan 0,1 g BSA
f.
Teknik ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
data dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa ELISA bermanfaat untuk
mengukur kadar u-Par melalui prinsip ikatan antigen antibody yang diukur dengan
besar absorbansinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Haussmann, M. F., C. M. Vleck, and E. S. Farrar.
2007. A laboratory exercise toillustrate increased salivary cortisol
in response to three stressful conditionsusing competitive ELISA.
Adv. Physiol. Educ. 31: 110–115.
Leng, S. J. McElhaney, J. Walston, D. Xie, N. Fedarko, G. Kuchel.
2008. "Elisa and Multiplex Technologies for Cytokine Measurement in Inflammation
and Aging Research". J Gerontol a Biol Sci Med Sci 63 (8):879–884.PMC 2562869.PMID 18772478.
Lequin, RM .2005. "Enzyme
Immunoassay (EIA)/Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
(ELISA)" Clinical Chemistry 51 (12): 2415–2418.
Setiawan, I Made. 2007. Pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
(ELISA)untuk diagnosis Leptospirosis. EBERS PAPYRUS
AllBlogToolsFacebook comments for blogger brought to you by AllBlogTools.com , Get Yours?