Reccomend This

Search Button

Minggu, 18 Maret 2012

TEKNIK ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

TEKNIK ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Makhyan Jibril A*
* Pendidikan Master Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya



1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            ELISA (singkatan bahasa InggrisEnzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar imunosorben taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapakeunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan  antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label) (Lequin, 2005).

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui proses dan teknik pelaksanaan ELISA

2. TINJAUAN PUSTAKA
           
 Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) atau dalam bahasaindonesianya disebut sebagai uji penentuan kadar imunosorben taut-enzim,merupakan teknik pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksiantara antibodi dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi dalamsuatu sampel seperti dalam pendeteksian antibodi IgM, IgG, & IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh manusia khususnya). Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik ELISA juga diaplikasikan dalam bentuk lain termasuk menganalisis kadar hormon yang terdapat dalam suatu organisme.Secara singkat dapat dikatakan bahwa teknologi ELISA yang digunakanuntuk asai hormon dalam cairan tubuh adalah system competitive enzymeimmunoassay yang analog dengan teknik RIA. Antigen yang berlabel dan antigenyang tidak berlabel saling bersaing untuk berikatan dengan tapak pengikatanantibodi yang terdapat dalam jumlah terbatas. Saturasi antibodi terjadi secarasimultan bila semua reaktan diinkubasikan bersama – sama. Contoh reaksi sepertii ni adalah ELISA untuk mengukur progesteron, estradiol, dan kortisol. Pengukuran hormon kortisol dalam saliva menggunakan teknik ELISA dapat mengetahui tingkat stres yang di alami oleh organisme (Haussmann et al., 2007).
Teknik ELISA merupakan teknik kuantitatif yang sangat sensitif, penggunaannya sangat luas, memerlukan peralatan yang sedikit, reagen yangdiperlukan sudah tersedia dan dijual secara komersial dan sangat mudah didapat. Tes ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antigen maupun antibody. Pemeriksaan ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh manusia maupun hewan. Terdapat berbagai teknik dalam pemeriksaan ELISA.Tes ini dapat dilakukan dengan kit yang sudah jadi atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan antigen yang diracik sendiri (Setiawan, 2007).
ELISA tradisional secara khusus memiliki reporter dan substrat yang menghasilkan beberapa bentuk perubahan warna yang dapat diamati untuk mengetahui kehadiran antigen atau analyte. Bentuk teknik ELISA terbaru seperti teknik  flurogenic,electro chemiluminescent , dan real-time PCR dibuat untuk mengetahui sinyal kuantitatif. Metode ini dapat memberikan berbagai keuntungan diantaranya sensitifitas yang tinggi dan bersifat multiplexing (Leng et al , 2008).

3. MATERI DAN METODE
3.1 Bahan yang Digunakan
Antibody anti-uPar, BSA, PBS, Coating Buffer, PBS-Tween, Alumunium foil, Anti-Rabbit igG, TMB, H2SO4.

3.2. Metode
a.     Persiapan Bovin Serum Albumin (BSA) 1 % untuk ELISA
Untuk membuat larutan BSA 1 % sebanyak 10 mL maka dibutuhkan BSA sebanyak
BSA 1 % = 1 gram x 10 mL
                 100 mL
             = 0,1 gram
BSA sebanyak 0,1 gram dilarutkan dengan 10 mL larutan PBS 

b.    Pembuatan Larutan Phosphate Buffer Saline (PBS) pH 7,4
Larutan PBS dapat dibuat dari KCl sebanyak 0,1 gram, KH2PO4 sebanyak 0,1 gram, Na Cl sebanyak 4 gram, dan Na2HPO4.H2O Sebanyak 1,08 gram. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam 250 mL akuades steril dan dihomogenkan menggunakan magnetik stirer dalam gelas kimia 500
mL. pH larutan diatur hingga mencapai 7,4 dengan larutan NaOH 1 M menggunakan pH meter. Kemudian dipindahkan larutan ke dalam labu ukur 500 mL dan ditambahkan akuades steril hingga tanda batas.

c.    Pembuatan Larutan PBS-Tween
Larutan PBS pH 7,4 sebanyak 200 mL ditambah 1 tetes Tween dengan menggunakan pipet tetes. Larutan dihomogenkan menggunakan magnetik stirer.

d.    Pembuatan Larutan Coating Buffer
Ditimbang 0,159 gram Na2CO3, 0,293 gram NaHCO3, dan 0,02 gram NaN3, kemudian dilarutkan dalam aquades steril. Diatur PH hingga mencapai 9,6 untuk kemudian ditandabataskan dengan aquades steril dalam labu ukur 100 mL.

e.    Persiapan Blocking Buffer
Untuk membuat larutan ini gunakan PBS sebanyak 10 mL ditambahhkan dengan 0,1 g BSA

f.    Teknik ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)



 

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan data dan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa ELISA bermanfaat untuk mengukur kadar u-Par melalui prinsip ikatan antigen antibody yang diukur dengan besar absorbansinya.

DAFTAR PUSTAKA
Haussmann, M. F., C. M. Vleck, and E. S. Farrar. 2007.  A laboratory exercise toillustrate increased salivary cortisol in response to three stressful conditionsusing competitive ELISA. Adv. Physiol. Educ. 31: 110–115.
Leng, S. J. McElhaney, J. Walston, D. Xie, N. Fedarko, G. Kuchel. 2008. "Elisa and Multiplex Technologies for Cytokine Measurement in Inflammation and Aging Research". J Gerontol a Biol Sci Med Sci 63 (8):879–884.PMC 2562869.PMID 18772478.
Lequin, RM .2005.  "Enzyme Immunoassay (EIA)/Enzyme-Linked Immunosorbent  Assay (ELISA)"  Clinical Chemistry 51 (12): 2415–2418.
Setiawan, I Made. 2007. Pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)untuk diagnosis Leptospirosis. EBERS PAPYRUS


 
Blogger Widgets