Reccomend This

Search Button

Rabu, 07 Maret 2012

Nilai Kolegium: Tonggak Lahirnya Generasi Emas FKUB


Merupakan 4 kata yang selalu menggema di kampus kita tercinta, Nilai yang merupakan landasan berfikir dan bertindak dalam kehidupan di FKUB. Nilai yang menunjukkan budaya dan ciri khas dari FKUB yang telah mengakar di hati para mahasiswanya. Ya, Inilah dia! Nilai kolegium mahasiswa FKUB. Terdiri dari nilai religius, moralis, intelek dan professional, nilai ini-lah yang menjadi kunci dalam mencetak mahasiswa generasi emas harapan bangsa, yakni pribadi yang unggul, berkualitas dengan hati yang mulia dan ketaqwaan pada Tuhan YME. Luar biasanya, beberapa kali nilai ini menjadi referensi untuk diadopsi fakultas lain yang ingin mengakselarasikan kualitas mahasiswanya. Sungguh, kalau boleh dikatakan, patut disyukuri karena kita diberi kesempatan untuk mengimplementasikan nilai kolegium ini dalam keseharian kita.



Dalam penjabarannya lebih lanjut, nilai religius menjadi nilai yang pertama dan utama dalam pembinaan kepribadian mahasiswa FKUB. Religius merupakan nilai yang paling penting, karena kalau seseorang tidak memegang peran agama dalam hidupnya, maka dia akan bingung dalam mengarahkan hidupnya. Agama merupakan “way of life” yang akan selalu menolong pemeluknya dari kegelapan hati dan memberikan kesejukan dan cahaya kebaikan bagi ia yang memahami serta melaksanakan perintah agamanya. Setiap pribadi yang memahami agama kelak akan memiliki hidup yang penuh dengan kebaikan dan kebahagiaan. Agama akan menjaga supaya nilai keburukan, hedonisme dan kesia-siaan tidak menggerogoti para pemeluknya. Agama adalah ujung tombak setiap individu, andai kita tidak memilikinya maka sepintar, secerdik, sekaya apapun kita, tidak akan dapat bermanfaat sama sekali.



Manusia dalam kehidupannya di dunia memiliki dua sifat yaitu sifat materiel dan spiritual. Keinginan manusia yang berlebihan dalam memenuhi dan mengumbar hawa nafsunya dengan mengabaikan nilai-nilai moral, akhirnya menyebabkan dirinya terjerumus ke lembah kehidupan yang gelap. Karena ingin menuruti segala keinginannya ia  mengorbankan seluruh kehidupan bahkan sampai harga dirinya. Kenyataan tersebut sebagai cerminan bahwa jiwa manusia kini sudah semakin diperbudak oleh keinginan duniawi berupa materi, yang tanpa disadari hal itu akan menghancurkan serta menyengsarakan dirinya pada kehidupan di dunia maupun akherat. Fenomena yang sekarang yang terjadi ialah degradasi moral yang berat pada remaja generasi penerus bangsa Indonesia. Kalau dahulu bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang ramah dan sopan pada orang lain, sekarang bisa kita saksikan sendiri, betapa banyak pemuda yang tidak menerapkan tata krama kesopanan dalam bergaul, berpakaian dan bertutur-kata baik dengan temannya maupun orang lain. Bayangkan apabila pakaian yang lebih sopan sebenarnya sudah ada, ternyata hal ini diabaikan. Pakaian yang digunakan malah pakaian minim dan ketat yang tentunya bertujuan untuk pamer moleknya anggota tubuh belaka ataupun pakaian jeans robek-robek ditambah aksesoris berlebihan dengan alasan gaya anak punk atau sebagainya. Fenomena seperti ini selain merusak moral pribadi juga berpotensi merusak moral dari orang lain yang menyaksikannya. Tidak hanya itu, tidak sedikit pula fenomena tenaga kesehatan yang memperlakukan pasiennya dengan semena-mena, mengacuhkan dan menjelek-jelekkan pasien yang miskin dan memuja yang kaya. Ataupun fenomena hedonisme dan duniawi berlebihan tuk mengahmbur-hamburkan uang disaat diluar sana banyak yang mati kelaparan. Tak heran jika fenomena ini menjadi sorotan dosen kita, coba saja, jika nanti kolega sudah masuk fase klinik, sepandai apapun anda, setinggi apapun jabatan anda di lembaga kemahasiswaan, apabila tingkah laku dan moralitas anda hancur maka tinggal menunggu waktu anda akan mengulang stase atau tidak lulus dalam lab tersebut dan mengulang. Ingat kawan, tenaga kesehatan ialah pribadi dengan hati nurani yang ikhlas untuk memberi dan berbakti dengan bekal moral yang merupakan suatu harga mati yang harus benar-benar tertancap pada diri kita. “It's your attitude, not your aptitude which determines your altitude in life”.



“Jika kalian ingin bahagia didunia, maka kuasailah ilmu, jika kalian ingin bahagia diakhirat, maka kuasailah ilmu, jika kalian ingin bahagia kedua-duanya, maka kuasailah ilmu”. Intelek merupakan sebuah nilai yang penting bagi tenaga kesehatan, dimana saat menjadi seorang tenaga kesehatan kelak, dimana keilmuan kita adalah pasti digunakan dan diaplikasikan dan keilmuan kita akan berpengaruh terhadap nyawa dari seseorang. Oleh karenanya mahasiswa kedokteran dituntut untuk memiliki intelektualitas yang tinggi sehingga kemampuanya tersebut dapat digunakan untuk menolong nyawa dari pasiennya. Selain itu, ilmu kedokteran merupakan ilmu yang perkembangannya sangat pesat dari tahun ke tahun, sehingga wajar apabila mahasiswa kedokteran dituntut menjadi pembelajar seumur hidup. Tentunya menjadi pribadi yang intelek dari segi akademik maupun akademik akan menghindarkan kita semua di masa depan kelak dari kejadian malpraktek maupun penyesalan akibat dangkalnya ilmu. “Wahai anak muda, Jika engkau tidak tahan dengan lelahnya belajar dengan tekun dan keras, engkau harus siap untuk menelan pahit dan pedihnya kebodohan kelak”



Terakhir, yakni profesional. Nilai ini merupakan penyempurna dari nilai-nilai lain yang ada. Nilai ini-pun merupakan bekal yang paling penting dalam menekuni profesi kelak. Profesionalisme mengandung arti yakni “Melakukan sesuatu sebaik-baiknya dengan segenap potensi yang ada, sesuai mungkin dengan rencana dan disiplinitas yang tinggi”. Sungguh tidak akan dapat kita bayangkan apabila profesionalisme tidak tertanam sejak dini, dimana nantinya akan terjadi kematian pasien hanya akibat tenaga kesehatannya terlambat karena alasan malas ataupun lupa tidak membawa peralatan medis. Nilai profesionalisme apabila diterapkan dengan seoptimal mungkin bukan hanya menurunkan kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan di masa depan, tapi juga mampu meningkatkan kualitas pribadi sehingga mampu menjadi orang yang lebih dibandingkan lainnya. “Jika kita ingin menjadi manusia rata-rata, maka lakukan hal biasa dengan biasa-biasa saja, tapi jika kita ingin menjadi manusia yang luar biasa, maka lakukanlah hal biasa dengan professional dan kesungguhan yang luar biasa”.



            Kalau kolega saat ini mengagumi para lulusan FKUB seperti motivator yang luar biasa sekaliber dr.Arief Alamsyah sampai peneliti yang meraih rekor MURI seperti mas zulvikar dan tenaga kesehatan luar biasa lainnya, tentunya kualitas demikian tercipta dari PROBINMABA dan penerapan nilai kolegium dalam kesehariannya. Karenanya, mulai saat ini, mari kita giatkan ibadah kita pada Tuhan, kita tingkatkan intensitas tuk memahami dan mengaplikasikan kitab suci pedoman hidup kita, kita terapkan 5s non s sebagai manusia yang saling menghormati, kita tingkatkan belajar dan update info terbaru tentang keilmuan maupun kelembagaan, kita terapkan disiplin dan profesionalisme dalam bertindak. Sehingga kelak, buah manisnya akan kita rasakan ketika kita telah menjadi peribadi berkualitas, yang mampu membanggakan orang tua, Almamater, Bangsa dan Negara.





Hidup Mahasiswa!!

 
Blogger Widgets