Reccomend This

Search Button

Selasa, 20 Maret 2012

Metode Western Blot



1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Teknik western blot, atau juga disebut sebagai imunoblot telah sering digunakan untuk menganalisis protein spesifik pada sampel. Western blot menggunakan gel elektroforesis untuk memisahkan protein berdasarkan panjang polipeptida. Protein tersebut akan ditransfer ke nitroselulosa atau PVDF dan diberi antibody spesifik untuk identifikasi protein target (Burnette, 1981).
            Saat ini, telah banyak reagen antibody baik poliklonal maupun monoklonal untuk 10.000 jenis protein. Sehingga western blot sangat bermanfaat untuk digunakan bersama antibody tersebut. Metode ini awalnya ditemukan oleh George stark pada Universitas Stanford. Nama western blot diberikan pada teknik tersebut oleh Neal Burnette and Sushant Bhat, merupakan nama yang dimiripkan dengan teknik deteksi DNA southern blot yang ditemukan Edwin southern dan Northern blot yang digunakan deteksi RNA (Towbin et al., 1979)

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui proses pelaksanaan western blot dan cara interpretasinya

2. METODE
2.1 Persiapan Sampel
            Sampel bisa diambil dari kultur sel maupun bagian dari jaringan. Untuk jaringan yang solid bperlu dilakukan penghancuran menggunakna blender atau homogenizer. Detergen, garam dan buffer juga bisa digunakan untuk melisiskan membrane sel. Protease dan phospatase inhibitor diberikan untuk mencegah terjadinya pemecahan jaringan dengan enzimnya sendiri. Perispan jaringan biasanya dilakukan apda suhu dingin untuk mencegah degradasi protein. Untuk memisahkan komponen sel dengan organel, dilakukan sentrifugasi.


Gambar 1. Langkah dalam persiapan sampel western blot
            Protein dari sampel diseparasi mengunakan elektoforesis SDS page berdasarkan isoelektrik poin, berat molekul, kelistrikan atau kombinasinya. SDS PAGE akan mempertahankan polipeptida dalam bentuk denaturasi setelah dibersihkan dari struktur sekunder dan tersier sehingga protein dapat dipisah berdasarkan berat molekul.

2.2 Transfer
            Untuk membuat protein dari SDS page bisa dideteksi oleh antibody, protein tersebut perlu ditransfer dari gel ke membrane nitroselulosa atau polyindylidene difluoride (PVDF). Membrane tersbut diletakkan di atas gel dan ditambahkan buffer. Protein akan masuk pada membrane dan siap dideteksi dengan western blot (Renart  et al.,  1979)

Gambar 2. Langkah dalam SDS PAGE
Untuk mengecek keseragaman dari transfer protein dari gel ke membrane dapat dicek dengan pewarnaan commasie brilliant blue dan ponceau S .
2.3 Blocking
            Blocking dilakukan untuk mencegah antibody sekunder bereaksi dengan protein non spesifik yang masuk pada sampel. Blocking biasanya menggunakan BSA atau susu skim tanpa lemak pada TBS. pemberian Tween 20 atau Tritonn X-100 dapat memperjelas hasil final dari western blot mengurangi false positif

2.4 Deteksi Dua Langkah
            Pada saat deteksi membran dengan antibody, untuk deteksi dua langkah dilakukan persiapan antibody primer yang dibentuk dari produksi mandiri. Antibody primer dengan antigen yang di inginkan diberikan sesuai dengan sampelnya. Antibody primer yang digunakan pada sampel ini ialah antibody poliklonal terhadap protein Shigella 49kDa. Solusi antibody dan membran dapat disimpan  setelah itu diberikan antibody sekunder yang berikatan dengan antibody primer. Sehingga dengan bantuan horseradish peroxidase akan terjadi luminasi sesuai dengan jumlah protein.

Gambar 2. Langkah dalam Western blot
3. HASIL


Gambar 1. Pita Protein yang Terbentuk
                                  
      Regresi Linier

NO
BM MARKER
JARAK TRACKING
LOG BM
RF
1
260
5
2.414973
0.075758
2
135
8
2.130334
0.121212
3
95
10
1.977724
0.151515
4
72
12.5
1.857332
0.189394
5
52
18
1.716003
0.272727
6
42
22.5
1.623249
0.340909
7
34
27
1.531479
0.409091
8
26
33
1.414973
0.5
9
17
43.5
1.230449
0.659091
10
10
60
1
0.909091

      RF = jarak tracking / jarak total, dimana jarak total yakni 66 mm





Gambar 2.0 Grafik regresi Linier Kurva Standar Marker

Sampel 1. OMP Shigella
JARAK TRACKING
RF
LOG BM
BM
8
0.121212
2.09745
125.1555
12.5
0.189394
1.982472
96.04445
13.5
0.204545
1.956922
90.55692
14.25
0.215909
1.937759
86.64803
34.5
0.522727
1.420359
26.32442
38.5
0.583333
1.318156
20.80445

Sampel 2. Pili Shigella
JARAK TRACKING
RF
LOG BM
BM
34.5
0.522727
1.420359
26.32442
38.5
0.583333
1.318156
20.80445




5. KESIMPULAN
            Teknik western blot, atau juga disebut sebagai imunoblot telah sering digunakan untuk menganalisis protein spesifik pada sampel. Western blot menggunakan gel elektroforesis yang ditranfer pada nitroselulosa atau PVDF dan diberi antibody spesifik untuk identifikasi protein target. Pada praktikum ini pemberian antibody poliklonal Shigella 49 kDa mengalami kros reaksi pada sampel OMP Shigella dengan BM 125, 96, 90, 86 dan 26 kDa sedangkan pada pili kros reaksi terjadi pada 26 dan 20 kDa.

DAFTAR PUSTAKA
Burnette WN. 1981. "'Western blotting': electrophoretic transfer of proteins from sodium dodecyl sulfate—polyacrylamide gels to unmodified nitrocellulose and radiographic detection with antibody and radioiodinated protein A". Analytical Biochemistry 112 (2): 195–203.
Towbin H, Staehelin T, Gordon J. 1979. "Electrophoretic transfer of proteins from polyacrylamide gels to nitrocellulose sheets: procedure and some applications". Proceedings of the National Academy of Sciences USA 76 (9): 4350–54
Renart J, Reiser J, Stark GR. 1979. "Transfer of proteins from gels to diazobenzyloxymethyl-paper and detection with antisera: a method for studying antibody specificity and antigen structure". Proceedings of the National Academy of Sciences USA 76 (7): 3116–20. 

 
Blogger Widgets