Sejak kecil, aku dibesarkan di
desa Biru, salah satu desa kecil di Kabupaten Malang. Masa kecilku kuhabiskan
dengan bermain laying-layang, mengejar capung, menyisiri sungai dan berlari di
tengah sawah yang hijau. Hidup bersama harmoni di sini memang merupakan berkah
dari Tuhan. Dimana inspirasi dan ketenangan hati dapat didapatkan kapan saja.
Sudah dua dekade ini saya hidup di
desa Biru. Oleh karena itu, saya sangat faham sekali betapa pesimisnya
masyarakat disini untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Kebanyakan anak
muda disini hanya disekolahkan hingga SMA, kemudian dipaksa untuk segera
bekerja. Sedangkan untuk yang perempuan mereka akan dinikahkan segera.
Jangankan menjadi penulis, untuk meraih pendidikan sebagai sarjana saja tidak
ada satupun yang didukung oleh orang tuanya. Alhasil desa ini jauh dari
kemajuan dan perkembangan masa kini. Pendudukanya cenderung kolot dan tidak mau
tahu harapan para generasi mudanya.
Meskipun dalam berbagai
keterbatasan, akhirnya saya diterima di fakultas kedokteran. Agak aneh memang
ketika masyarakat desa biru heran atas pilihan saya ini. Tapi saya sangat
bersyukur memiliki orang tua yang sangat mendukung atas cita cita ini. Kampus
kedokteran ini memang terkenal sebagai kampus dengan sejuta tugas yang
berhubungan dengan tulisan. Nampak tumpukan buku selalu memanggil manggil untuk
diringkas sebagai tugas harian. Ditambah lagi dengan adanya kewajiban bagi
setiap mahasiswa untuk menghasilkan tulisan sejak menjadi mahasiswa baru. Padahal,
semasa SMA saya justru anti dengan kegiatan tulis menulis. Meskipun demikian,
saya memilih untuk tetap berusaha.
“Menulis itu akan membuat ketagihan”, begitulah kata kakak kelas saya
yang telah menulis 5 buku tentang kedokteran di usianya yang sangat belia.
Awalnya saya tidak percaya dengan kata kata tersebut, bagaimanapun juga saya di
masa SMA bukanlah seorang penulis. Namun, seiring berjalannya waktu, secara
tidak sadar, saya ternyata menghabiskan semakin lama waktu untuk di untuk
menulis. Bahkan tidak disangka sangka, saya sering menulis sesuatu yang bukan
merupakan tugas kuliah bahkan saya sering merasa tertantang untuk menyelesaikan
tulisan dari bidang baru diluar keahlian saya. Sangat bersyukur sekali, banyak
dari karya saya yang disukai dan mendapatkan penghargaan di tataran nasional
maupun internasional.
Sejarah telah membuktikan bahwa
pemikir hebat dunia, meskipun sudah tutup usia, pemikirannya akan diwariskan
sepanjang masa. Melalui tulisannya mereka mampu mengubah dunia. Mengubah
kondisi yang ada menjadi lebih baik sesuai dengan harapan mereka. Apabila kita
menginginkan sebuah perubahan, maka kita harus memulai dari sebuah ide dan
gagasan, selanjutnya menuliskan gagasan itu supaya orang lain dapat mendukung
gagasan tersebut. Hal ini menggungah hati saya sebagai salah satu penduduk desa
BIru yang berkesempatan lebih untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi.
Sebagai satu-satunya sarjana, merupakan sebuah tanggung jawab moral bagi saya
untuk perlahan merobohkan tembok pesimisme warga desa Biru akan pendidikan
tinggi. Saya sangat yakin, kejadian
pesimisme ini tidak hanya terjadi di desa Biru saja, masih banyak ribuan desa
lainnya yang mengalami hal yang sama. Padahal, sesungguhnya sangat banyak
sekali pemuda yang berpotensi menjadi intelektual harapan bangsa yang hanya
berasal dari desa. Sejak saat itulah saya menggagas Gerakan Pemuda
Menginspirasi. Berawal hanya dari sebuah tulisan akan gagasan untuk berbagi,
kini Gerakan Pemuda Menginspirasi berhasil mengajak para pemuda untuk menulis,
berbagi inspirasi, cerita dan pengalaman yang akan ditujukan untuk
membangkitkan optimism dari pemuda desa.
Hanya dalam hitungan minggu, telah
ada puluhan pemuda yang ingin berpartisipasi. Hanya dalam hitungan bulan,
ratusan pemuda dari desa telah termotivasi untuk terus mengejar pendidikan yang
lebih tinggi. Di desa Biru ini, kini saya bukan satu-satunya sarjana lagi.
Makin banyak yang mulai berfikir dan berusaha melanjutkan ke perguruan tinggi.
Bahkan, saya masih ingat anka didik saya di Gerakan Pemuda Menginspirasi, anak
tukang ojek yang dulunya hanya menggembala sapi, kini kuliah dengan beasiswa
dikti dan menghasilkan puluhan prestasi. Kini dia juga turut mendedikasikan
diri untuk meyakinkan pemuda Desa mengejar pendidikan yang lebih tinggi.
Maka
dari itu, maka saya mengajak pembaca yang budiman, jikalau anda memang ingin
membuat suatu kebaikan. Bolehlah anda mengawali dari sebuah tulisan. Bagikan
tulisan itu sehingga menjadi sebuah pemikiran dan harapan. Bahkan anda sekarang juga bisa membuat ide tersebut tersebar luas keseluruh penjuru Indonesia melalui penerbit inovatif Rasibook yang dapat anda akses di http://www.rasibook.com/p/tentang-kami.html. Sebarkan kepada seluruh jaringan anda untuk membeli buku yang anda publikasi di Rasibook. Ajak semua orang
yang setuju untuk turut mendukung gagasan tersebut. Teruslah berusaha dengan
sebaik baik niat dan cara. Niscaya suatu hari nanti kelak, anda akan merasakan
bahwa tulisan kecil anda, kini menjadi sebuah harapan besar bagi mereka semua.
Mari menulis, dan publikasikan karya kita :)